A. Pengertian harta
Berdasarkan kajian fiqh, harta merupakan suatu objek yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berhubungan satu sama lain. Harta adalah apa yang dimiliki manusia dari segala sesuatu. Dalam bahasa Arab, harta disebut al-mal jamaknya al-amwal yang berarti condong, cenderung, dan miring. Sedangkan para ahli ekonomi menggunakan istilah modal sebagai ganti istilah harta. Modal dalam dalam pandangan klasik merupakan hasil kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan kekayaan yang lain.[1]
B. Pembagian Harta
1.Harta dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya menurut syara’
a. Harta bernilai (al-mal al-mutaqawwim) adalah harta yang dimiliki dan syara’ membolehkan penggunaannya. Pengakuan syara’ ini hanya akan berlaku dengan adanya syarat-syarat yang berikut:
- Harta tersebut dimiliki oleh pemilik berkenaan secara sah.
- Harta tersebut boleh dimanfaatkan mengikut hukum syara’ dalam keadaan biasa. Seperti harta-harta tidak bergerak, harta bergerak, makanan dan sebagainya.
b. Harta tidak bernilai (al-mal ghair al-mutaqawwim) adalah sesuatu yang tidak dimiliki, atau sesuatu yang syara’ tidak membolehkan penggunannya kecuali ketika darurat (terpaksa). Menurut Muhammad Salam Madkur termasuk ke dalam jenis harta ini adalah sesuatu yang sudah dimiliki zat nya tetapi syara’ melarang memanfaatkannya seperti arak dan babi. Demikian pula, jika harta tersebut belum dimiliki dengan sebenarnya seperti halnya dengan ikan yang masih berada di dalam sungai atau burung yang masih di udara maupun penggunaannyan tidak dibenarkan oleh syara’ dalam keadaan biasa.[2]
2. Harta dilihat dari sifat harta itu sendiri, maka harta boleh dibagi kepada harta tidak bergerak dan harta bergerak. Harta tidak bergerak (‘aqar) ialah harta yang kekal ditempatnya yang tidak boleh dipindah dan diubah sama sekali ke tempat lain. Sedangkan harta bergerak (al-manqul) ialah harta yang boleh dipindah dan diubah dari satu tempat ketempat yang lain. Harta bergerak ini termasuklah uang, barang perniagaan, binatang dan timbangan.[3]
3. Harta dilihat dari segi pemanfaatannya
- Harta al-isti’mali ialah harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan benda itu kekal zatnya (tidak habis), sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan. Contoh: pertanian, rumah, dan buku.
- Harta al-istihlaki ialah harta yang apabila dimanfaatkan berakibat habisnya harta itu. Contoh: sabun, pakaian, makanan. Hukum dari perbedaan harta ini menurut ulama fih hanya dari segi akadnya saja. Untuk harta yang al-istihlaki, akadnya hanya tolong menolong, seperti meminjam sabun, pakaian, dan meminta makanan. Sedangkan harta al-isti’mali, disamping sifatnya tolong menolong, juga boleh ditransaksikan dengan cara mengambil pulangan, seperti al-ijarah (sewa-menyewa).[4]
4. Harta serupa (mithliy) dan harta senilai (qimiy). Harta serupa (mithliy) ialah harta yang mempunyai persamaan dengan harta lain dipasaran, sama dari segi bentuk atau nilai. Jika ada perbedaan antara kedua harta tersebut, perbedaan itu dalam kadar yang boleh diterima oleh semua pihak. Harta yang dimaksukan ialah yang dinilai berdasarkan sukatan, timbangan atau bilangan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan harta senilai (qimiy) ialah harta yang tidak ada jenis yang sama dengannya di pasaran atau terdapat jenis yang sama tetapi berbeda dari segi nilai harga dan harga dengan kentara dan tidak boleh diterima oleh semua pihak baik pembeli maupun penjual. Harta yang serupa boleh bertukar menjadi harta senilai. Misalnya harta tersebut merupakan hasil pembuatan yang tidak lagi dikeluarkan oleh pengeluarnya. Menurut Wahbah al-Zuhayli, pertukaran harta serupa menjadi harta senilai bisa terjadi dalam empat keadaan yaitu, tidak ada stok di pasar, percampuran, jika harta terbakar atau tenggelam dan cacat atau digunakan.
5. Harta dari segi kepemilikannya
a. Harta milik pribadi, ialah harta yang pemiliknya bebas memanfaatkan harta itu selama tidak merugikan orang lain.
b. Harta milik masyarakat ialah harta yang pemanfaatnnya untuk semua orang. Harta milik bersama boleh berubah menjadi harta milik pribadi apabila telah diambil dan dipelihara dengan baik oleh seseorang. Sebaliknya harta pribadi pun boleh berubah menjadi milik bersama. Perubahan kepemilikan dari milik pribadi kepada milik masyarakat itu bisa melalui hal-hal berikut:
- Kehendak sendiri dari pemiliknya.
- Kehendak syara’, seperti keperluan umat yang mendesak untuk membuat jalan umum diatas tanah milik pribadi.
Para ulama fuqoha membagi harta milik masyarakat sebagai berikut:
1.Harta yang khusus untuk diperuntukan bagi kemaslahatan bersama, seperti tempat-tempat ibadah, pemakaman, jembatan, jalan umum, sarana pendidikan.
2.Harta yang khusus untuk digunakan bagi kepentingan umum, seperti wakaf atau harta yang termasuk kedalam milik negara.
3.Harta seseorang yang manfaatnya diperuntukan bagi kepentingan umum, seperti tanah wakaf yang diwakafkan seseorang untuk diambil hasilnya, serta tanah-tanah negara yang boleh dipergunakan masyarakat.
B. Penggunaan dan Fungsi Harta dalam Islam
Penggunaan harta dalan ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah SWT dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Kepemilikan harta adalah mutlak kepunyaan Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melaikan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia. Rasulullah bersabda:
“Dari Musa al-‘Asy’ari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi SAW, bersabda bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedekah” (HR. Bukhari)
Hadist ini menunjukan bahwa dalam harta seseorang terdapat hak orang lain yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan sesama manusia.[5] Fungsi sosial ini menjadi tugas bagi pemilik harta yang harus dilaksanakan.
Tugas sosial yang dimaksud adalah berupa zakat, infak, shadaqah, waqaf dan hibah. Soal harta, Islam tidak memiliki sepenuhnya, tetapi tidak juga menyerahkan seluruhnya. Semuanya dibagi-bagi dengan timbangan dan angka yang sangat adil. Sekian persen untuk zakat, sedekah, infaq, wakaf dan hibah, sisanya untuk memebuhi kebutuhan hidup di dunia, bahkan konsep Islam memerintahkan kita memenuhi kebutuhan pokok dulu, baru sisasanya dizakati, diinfakkan dan disedekahkan.[6]
Harta tidak hanya berkedudukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tetapi juga berfungsi dalam kehidupan. Fungsi tersebut antara lain:
- Harta merupakan amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mewujudkan harta dari tiada.
- Harta berfungsi sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki, menguasai dan menikmati harta
- Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.
- Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak, dan sedekah.
- Harta berfungsi juga untuk meneruskan kehidupan dari satu genarasi ke generasi berikutnya.[7]
Selain itu, Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 261-274 mengenai tuntunan Islam terhadap penggunaan harta. Bahwa seorang Muslim, menggunakan hartanya untuk memperkuat ketaqwaan kepada Allah SWT, memperkuat hubungan silaturahmi sesama manusia, berbuat amal yang baik dan benar, serta menafkahkan harta pada sesama.[8]
Demikian pula dalam menggunakan atau membelanjakan harta harus dengan cara yang baik demi memperoleh ridha Allah SWT serta tercapainya distribusi kekayaan yang adil di tengah-tengah masyarakat. Penggunaan atau pembelanjaan harta wajib dibatasi pada sesuatu yang halal dan sesuai syari’ah. Dengan demikian, harta itu jangan sampai digunakan untuk perjudian, membeli minuman keras dan barang-barang yang diharamkan, membayar perzinaan, atau apa saja yang dilarang oleh syari’ah.
C. Pemberian (penyerahan) Harta
- Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat mempunyai beberapa arti, zakat berasal dari kata zaka artinya tumbu dengan subur, zaka sebagaimana dalam al-Qur’an adalah suci dari dosa. Jika pengertian itu dihubungankan dengan harta adalah harta yang dizakati akan tumbuh berkembang dan bertambah karena suci dan berkah. Kata zakat dalam al-Qur’an terulang sebanyak 82 kali, ini menunjukkan betapa zakat ini sangat penting untuk menyusun kehidupan yang humanis dan hormanis.
b. Kewajiban Zakat
Bukhori:
حدثنا عبد الله بن محمد الستد ي قال حد ثنا أبو روح لحرمي بن عما رةقال حدثنا ثعبة عن واقد ين محمد قال سمعت أني حجدث عن ابن عمر أن رسولالله صلى الله عليه وسلم قال أمرت أن أقاتل الناس يشهادوا أن لاإله إلا الله وأن محمدا رسو ل الله ويقيموا الصلاة ويؤ توا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأمواهام إلا بحق الإ سلا م وحسابهم على اله
Ibnu Umar berkata: “Saya di perintah memerangi manusia sampai baca syahadat, mengerjakan salat, mengeluarkan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal itu maka terjagalah darah dan hartanya, kecuali dengan ha islam dan perhitungannya diserakan pada Allah.”
Kewajiban zakat selalu disebut dalam al-Qur’an setelah perintah solat, ini berarti zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Substasi zakat merupakan kewajiban semua agama samawi, namun dalam islam zakat dilaksanakan pada penghujung tahun ke-2 dari Hijrah.
c. Prinsip Zakat
- Keimanan
Zakat sebagai sarana ibadah kepada Allah yang berfungsi mendekatkan diri kepada-Nya. Muzakki berkeyakinan bahwa pembayaran zakat merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga jika belum membayar maka belum sempurna ibadahnya.
- Perataan dan Keadilan
Sedekah di anjurkan bagi orang yang sudah berkecukupan dan diberikan kepada yang berhak dan membutuhkan, agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ini mengajarkan membagi lebih adil atas harta yang telah diberikan kepada Allah kepada umat manusia. Zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak akan dipungut jika menyebabkan orang yang mengeluarkan tersebut akan menderita dan kekurangan.
- Produktifitas Satu Tahun
Prinsip ini menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena telah menghasilkan selama satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Semakin tinggi produktifitas memanfaatkan waktu makin tinggi nilai yang diperoleh, ini bertentangan dengan ekonomi konvensional bahwa uang sebagai alat spekulasi, semakin tinggi uang semakin tinggi nilai yang diperoleh.
d. Fungsi Zakat
- Spiritual
Bukhori:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma, lalu seorang Badui berkata,: “Kabari aku akan firman Allah: ” walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah” (dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah), ” Ibn ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata,: “Barangsiapa yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka celakalah ia. Namun ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat zakat, ketika aturan zakat sudah diturunkan maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya ketentuan ayat ini sebagai perintah pensucian harta”.
Fungsi zakat adalah membersihkan harta kekayaan atau aset yang dimiliki setiap muslim, sehingga harta yang dimiliki menjadi bersih, suci dan berkah. Berkah adalah suatu kebaikan yang datang berulang-ulang, oleh karena itu harta yang dikeluarkan untuk zakat akan diganti oleh Allah dengan kebaikan yang berlipat-lipat.
- Ekonomi Sosial
Bukhori:
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim Adh-Dlohhak bin Makhlad dari Zakariya’ bin Ishaq dari Yahya bin ‘Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma’bad dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa ketika Nabi Shallallahu’alaihiwasallam mengutus Mu’adz radliallahu ‘anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: “Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah mena’atinya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka”.
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa zakat diambil dari orang kaya dan diberikan pada fakir miskin. Pengeluaaran sedekah muzakki mengakibatkan bertambahnya pendapatan mustahiq. Pendapatan mustahiq tersebut dianggarkan untuk konsumsi dan bila mungkin ditabung dan diinvestasikan. Tidak ada ketentuan khusus bahwa zakat harus berbentuk barang konsumsi, tetapi diperolehkan berupa alat produksi.
e. Jenis Zakat Wajib
Secara substansial, zakat dapat di golongkan menjadi empat:
- Zakat fitrah untuk individu
Bukhari:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma, lalu seorang Badui berkata,: “Kabari aku akan firman Allah: ” walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah” (dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah), ” Ibn ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata,: “Barangsiapa yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka celakalah ia. Namun ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat zakat, ketika aturan zakat sudah diturunkan maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya ketentuan ayat ini sebagai perintah pensucian harta”. |
- Zakat kekayaan (emas,perak,ternak dan perdagangan)
Jenis kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, dan binatang ternak. Harta perdagangan juga dianalogikan pada kekayaan emas dan perak sebagai komoditi perdagangan. Selain itu juga berdasarkan firman Allah SWT menyerukan sedekah dari hasil yang kita usahakan. Nisab kekayaan adalah sebagaimana tercantum dalam hadits berikut:
Ibnu Majah:
حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَنْبَأَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْخُذُ مِنْ كُلِّ عِشْرِينَ دِينَارًا فَصَاعِدًا نِصْفَ دِينَارٍ وَمِنْ الْأَرْبَعِينَ دِينَارًا دِينَارًا
Telah menceritakan kepada kami Bakr bin Khalaf dan Muhammad bin Yahya keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa berkata, telah memberitakan kepada kami Ibrahim bin Isma’il dari Abdullah bin Waqid dari Ibnu Umar dan Aisyah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil zakat dari setiap dua puluh dinar lebih sebanyak setengah dinar, dan dari empat puluh dinar sebanyak satu dinar. “
Ahmad:
حد سا بو النضر حد بنا ابو معاوية يعني شيان عن ليث عن نافع عن امن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فيما دون خمس من الابل ولا مس أواق ولا خمسة أوساق صدقة
Rasullah bersabda: “tidak wajib sedekah jika tidak sampai 5 unta, 5 awaq (untuk perak) 5 wasaq (60 sa’dari gandum).”
Dari hadits tersebut diketahui bahwa nisab kekayaan uang adalah 20 dinar ( 85 gr emas,sebagian ulama menyatakan nisab emas sebesar 93,6 gr), sedangkan nisab perak adalah sebesar 5 (595 gr),dan zakatnya adalah 2,5 %. Jika harga emas Rp 250.000gr,maka nisab kekayaan adalah Rp 21.250.000 per tahun,dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah Rp 531.250. ketentuan tersebut berlaku jika:
- Kekayaan tersebut milik penuh (sempurna) dan sudah diperhitungkan pembayaran hutang dan piutang.
- Mencapai satu nisab
- Besarnya zakat menurut prosentase tertentu.
- Zakat penghasilan (pertanian, industri, profesi)
Muslim:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيمَا سَقَتْ الْأَنْهَارُ وَالْعُيُونُ الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالسَّوَانِي فَفِيهِ نِصْفُ الْعُشْر
Telah menceritakan kepada Kami Ahmad bin Shalih, telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku ‘Amr, dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Pertanian yang diairi sungai dan mata air zakatnya adalah sepersepuluh, dan yang diairi menggunakan alat pengairan maka zakatnya adalah seperdua puluh.” (Abu Daud 1362)
Nisab zakat pertanian adalah 5 wasaq atau sekitar 653 Kg keadaan kering, jika sawah tanah hujan dikenakan zakat sebesar 10%, jika diairi sendiri maka zakatnya adalah 5%. Untuk tamanan seperti tebu, sayur mayur, buah menurut Abu Hanani wajib dikeluarkan zakatnya 10% atau 5%, nisabnya ulama sepakat lima wasaq (653 kg gandum). Adapun zakat industri dikenakan atas dasar laba industri dengan nisab analog zakat pertanian dan hasil tanaman lainnya. Untuk penetapan prosentasenya ulama berpendapat, berkisar 2,5% (mengacu zakat perdagangan) dan 5% (mengacu pertanian yang diairi). Begitu juga laut seperti ikan,mutiara dan lain sebagaimana, nisabnya 200 dirham, sedangkan zakat profesi menurut Qardawi termasuk al-mal al-mustafad, yaitu kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui usaha baru yang sesuai syari’at agama.
- Zakat barang temuan
Bukhori:
حد ثنا عبد الله بن يو سف أخبرتا مالك عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب وعن أبي سلمت بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال العجماء جبار والبسر جبار والمعدن جبار الركاز اخمس
Nabi bersabda: “Hewan itu sia-sia, sumur itu sia-sia, hasil pertambangan itu juga sia-sia, harta temuan zakatnya 1/5.”[9]
- Infaq
a. Pengertian infaq
Ahmad:
حدثنا يزيد بن هرون أنبأنا هشام عن واصل عن الوليد بن عبد الحمن عن عيا ض غطيف قال دخلناعلى أبي عبيدة نعوده قال إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من أنفق نفقة فاضلة بفى سبيل الله فبسبع ماتة ومن أنفق على نفسه أو على أو عاد مريضا أو ماز أذى عن طريق فهي حسنة بعشر أمثاها
Nabi bersabda: “Barang siapa menafkahkan hartanya di luar kebutuhannya di jalan Allah, maka di tulis tujuh ratus cabang. Barang siapa menafkahkan hartanya untuk dirinya atau keluarganya atau menjenguk yang sakit atau menyikirkan sesuatu yang membahayakan di jalan, maka baginya sepuluh kebaikan.”
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagaian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan islam. Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda: ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore.”Ya Allah SWT berilah orang yang berinfaq, gantinya”. Dan berkata yang lain: “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran.” (HR Bukhari)
b. Kewajiban infaq
Mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, dll.
c. Prinsip infaq
- Prinsip yang pertama ma’asyiral muslim rahimakumullah, seorang yang bershadaqa dan berinfaq fii sabilillah haruslah muslim dan beriman kepada Allah SWT. Orang-orang kafir, sekalipun dana mereka dalam jumlah besar disumbangkan A. Pengertian hartaBerdasarkan kajian fiqh, harta merupakan suatu objek yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berhubungan satu sama lain. Harta adalah apa yang dimiliki manusia dari segala sesuatu. Dalam bahasa Arab, harta disebut al-mal jamaknya al-amwal yang berarti condong, cenderung, dan miring. Sedangkan para ahli ekonomi menggunakan istilah modal sebagai ganti istilah harta. Modal dalam dalam pandangan klasik merupakan hasil kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan kekayaan yang lain.[1]B. Pembagian Harta1.Harta dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya menurut syara’a. Harta bernilai (al-mal al-mutaqawwim) adalah harta yang dimiliki dan syara’ membolehkan penggunaannya. Pengakuan syara’ ini hanya akan berlaku dengan adanya syarat-syarat yang berikut:
- Harta tersebut dimiliki oleh pemilik berkenaan secara sah.
- Harta tersebut boleh dimanfaatkan mengikut hukum syara’ dalam keadaan biasa. Seperti harta-harta tidak bergerak, harta bergerak, makanan dan sebagainya.
b. Harta tidak bernilai (al-mal ghair al-mutaqawwim) adalah sesuatu yang tidak dimiliki, atau sesuatu yang syara’ tidak membolehkan penggunannya kecuali ketika darurat (terpaksa). Menurut Muhammad Salam Madkur termasuk ke dalam jenis harta ini adalah sesuatu yang sudah dimiliki zat nya tetapi syara’ melarang memanfaatkannya seperti arak dan babi. Demikian pula, jika harta tersebut belum dimiliki dengan sebenarnya seperti halnya dengan ikan yang masih berada di dalam sungai atau burung yang masih di udara maupun penggunaannyan tidak dibenarkan oleh syara’ dalam keadaan biasa.[2]2. Harta dilihat dari sifat harta itu sendiri, maka harta boleh dibagi kepada harta tidak bergerak dan harta bergerak. Harta tidak bergerak (‘aqar) ialah harta yang kekal ditempatnya yang tidak boleh dipindah dan diubah sama sekali ke tempat lain. Sedangkan harta bergerak (al-manqul) ialah harta yang boleh dipindah dan diubah dari satu tempat ketempat yang lain. Harta bergerak ini termasuklah uang, barang perniagaan, binatang dan timbangan.[3]3. Harta dilihat dari segi pemanfaatannya- Harta al-isti’mali ialah harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan benda itu kekal zatnya (tidak habis), sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan. Contoh: pertanian, rumah, dan buku.
- Harta al-istihlaki ialah harta yang apabila dimanfaatkan berakibat habisnya harta itu. Contoh: sabun, pakaian, makanan. Hukum dari perbedaan harta ini menurut ulama fih hanya dari segi akadnya saja. Untuk harta yang al-istihlaki, akadnya hanya tolong menolong, seperti meminjam sabun, pakaian, dan meminta makanan. Sedangkan harta al-isti’mali, disamping sifatnya tolong menolong, juga boleh ditransaksikan dengan cara mengambil pulangan, seperti al-ijarah (sewa-menyewa).[4]
4. Harta serupa (mithliy) dan harta senilai (qimiy). Harta serupa (mithliy) ialah harta yang mempunyai persamaan dengan harta lain dipasaran, sama dari segi bentuk atau nilai. Jika ada perbedaan antara kedua harta tersebut, perbedaan itu dalam kadar yang boleh diterima oleh semua pihak. Harta yang dimaksukan ialah yang dinilai berdasarkan sukatan, timbangan atau bilangan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan harta senilai (qimiy) ialah harta yang tidak ada jenis yang sama dengannya di pasaran atau terdapat jenis yang sama tetapi berbeda dari segi nilai harga dan harga dengan kentara dan tidak boleh diterima oleh semua pihak baik pembeli maupun penjual. Harta yang serupa boleh bertukar menjadi harta senilai. Misalnya harta tersebut merupakan hasil pembuatan yang tidak lagi dikeluarkan oleh pengeluarnya. Menurut Wahbah al-Zuhayli, pertukaran harta serupa menjadi harta senilai bisa terjadi dalam empat keadaan yaitu, tidak ada stok di pasar, percampuran, jika harta terbakar atau tenggelam dan cacat atau digunakan.5. Harta dari segi kepemilikannyaa. Harta milik pribadi, ialah harta yang pemiliknya bebas memanfaatkan harta itu selama tidak merugikan orang lain.b. Harta milik masyarakat ialah harta yang pemanfaatnnya untuk semua orang. Harta milik bersama boleh berubah menjadi harta milik pribadi apabila telah diambil dan dipelihara dengan baik oleh seseorang. Sebaliknya harta pribadi pun boleh berubah menjadi milik bersama. Perubahan kepemilikan dari milik pribadi kepada milik masyarakat itu bisa melalui hal-hal berikut:- Kehendak sendiri dari pemiliknya.
- Kehendak syara’, seperti keperluan umat yang mendesak untuk membuat jalan umum diatas tanah milik pribadi.
Para ulama fuqoha membagi harta milik masyarakat sebagai berikut:1.Harta yang khusus untuk diperuntukan bagi kemaslahatan bersama, seperti tempat-tempat ibadah, pemakaman, jembatan, jalan umum, sarana pendidikan.2.Harta yang khusus untuk digunakan bagi kepentingan umum, seperti wakaf atau harta yang termasuk kedalam milik negara.3.Harta seseorang yang manfaatnya diperuntukan bagi kepentingan umum, seperti tanah wakaf yang diwakafkan seseorang untuk diambil hasilnya, serta tanah-tanah negara yang boleh dipergunakan masyarakat.B. Penggunaan dan Fungsi Harta dalam IslamPenggunaan harta dalan ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah SWT dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Kepemilikan harta adalah mutlak kepunyaan Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melaikan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia. Rasulullah bersabda:“Dari Musa al-‘Asy’ari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi SAW, bersabda bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedekah” (HR. Bukhari)Hadist ini menunjukan bahwa dalam harta seseorang terdapat hak orang lain yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan sesama manusia.[5] Fungsi sosial ini menjadi tugas bagi pemilik harta yang harus dilaksanakan.Tugas sosial yang dimaksud adalah berupa zakat, infak, shadaqah, waqaf dan hibah. Soal harta, Islam tidak memiliki sepenuhnya, tetapi tidak juga menyerahkan seluruhnya. Semuanya dibagi-bagi dengan timbangan dan angka yang sangat adil. Sekian persen untuk zakat, sedekah, infaq, wakaf dan hibah, sisanya untuk memebuhi kebutuhan hidup di dunia, bahkan konsep Islam memerintahkan kita memenuhi kebutuhan pokok dulu, baru sisasanya dizakati, diinfakkan dan disedekahkan.[6]Harta tidak hanya berkedudukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tetapi juga berfungsi dalam kehidupan. Fungsi tersebut antara lain:- Harta merupakan amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mewujudkan harta dari tiada.
- Harta berfungsi sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki, menguasai dan menikmati harta
- Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.
- Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak, dan sedekah.
- Harta berfungsi juga untuk meneruskan kehidupan dari satu genarasi ke generasi berikutnya.[7]
Selain itu, Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 261-274 mengenai tuntunan Islam terhadap penggunaan harta. Bahwa seorang Muslim, menggunakan hartanya untuk memperkuat ketaqwaan kepada Allah SWT, memperkuat hubungan silaturahmi sesama manusia, berbuat amal yang baik dan benar, serta menafkahkan harta pada sesama.[8]Demikian pula dalam menggunakan atau membelanjakan harta harus dengan cara yang baik demi memperoleh ridha Allah SWT serta tercapainya distribusi kekayaan yang adil di tengah-tengah masyarakat. Penggunaan atau pembelanjaan harta wajib dibatasi pada sesuatu yang halal dan sesuai syari’ah. Dengan demikian, harta itu jangan sampai digunakan untuk perjudian, membeli minuman keras dan barang-barang yang diharamkan, membayar perzinaan, atau apa saja yang dilarang oleh syari’ah.C. Pemberian (penyerahan) Harta- Zakat
a. Pengertian ZakatZakat mempunyai beberapa arti, zakat berasal dari kata zaka artinya tumbu dengan subur, zaka sebagaimana dalam al-Qur’an adalah suci dari dosa. Jika pengertian itu dihubungankan dengan harta adalah harta yang dizakati akan tumbuh berkembang dan bertambah karena suci dan berkah. Kata zakat dalam al-Qur’an terulang sebanyak 82 kali, ini menunjukkan betapa zakat ini sangat penting untuk menyusun kehidupan yang humanis dan hormanis.b. Kewajiban ZakatBukhori:حدثنا عبد الله بن محمد الستد ي قال حد ثنا أبو روح لحرمي بن عما رةقال حدثنا ثعبة عن واقد ين محمد قال سمعت أني حجدث عن ابن عمر أن رسولالله صلى الله عليه وسلم قال أمرت أن أقاتل الناس يشهادوا أن لاإله إلا الله وأن محمدا رسو ل الله ويقيموا الصلاة ويؤ توا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأمواهام إلا بحق الإ سلا م وحسابهم على الهIbnu Umar berkata: “Saya di perintah memerangi manusia sampai baca syahadat, mengerjakan salat, mengeluarkan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal itu maka terjagalah darah dan hartanya, kecuali dengan ha islam dan perhitungannya diserakan pada Allah.”Kewajiban zakat selalu disebut dalam al-Qur’an setelah perintah solat, ini berarti zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Substasi zakat merupakan kewajiban semua agama samawi, namun dalam islam zakat dilaksanakan pada penghujung tahun ke-2 dari Hijrah.c. Prinsip Zakat- Keimanan
Zakat sebagai sarana ibadah kepada Allah yang berfungsi mendekatkan diri kepada-Nya. Muzakki berkeyakinan bahwa pembayaran zakat merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga jika belum membayar maka belum sempurna ibadahnya.- Perataan dan Keadilan
Sedekah di anjurkan bagi orang yang sudah berkecukupan dan diberikan kepada yang berhak dan membutuhkan, agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ini mengajarkan membagi lebih adil atas harta yang telah diberikan kepada Allah kepada umat manusia. Zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak akan dipungut jika menyebabkan orang yang mengeluarkan tersebut akan menderita dan kekurangan.- Produktifitas Satu Tahun
Prinsip ini menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena telah menghasilkan selama satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Semakin tinggi produktifitas memanfaatkan waktu makin tinggi nilai yang diperoleh, ini bertentangan dengan ekonomi konvensional bahwa uang sebagai alat spekulasi, semakin tinggi uang semakin tinggi nilai yang diperoleh.d. Fungsi Zakat- Spiritual
Bukhori:حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِTelah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma, lalu seorang Badui berkata,: “Kabari aku akan firman Allah: ” walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah” (dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah), ” Ibn ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata,: “Barangsiapa yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka celakalah ia. Namun ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat zakat, ketika aturan zakat sudah diturunkan maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya ketentuan ayat ini sebagai perintah pensucian harta”.Fungsi zakat adalah membersihkan harta kekayaan atau aset yang dimiliki setiap muslim, sehingga harta yang dimiliki menjadi bersih, suci dan berkah. Berkah adalah suatu kebaikan yang datang berulang-ulang, oleh karena itu harta yang dikeluarkan untuk zakat akan diganti oleh Allah dengan kebaikan yang berlipat-lipat.- Ekonomi Sosial
Bukhori:حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْTelah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim Adh-Dlohhak bin Makhlad dari Zakariya’ bin Ishaq dari Yahya bin ‘Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma’bad dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa ketika Nabi Shallallahu’alaihiwasallam mengutus Mu’adz radliallahu ‘anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: “Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah mena’atinya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka”.Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa zakat diambil dari orang kaya dan diberikan pada fakir miskin. Pengeluaaran sedekah muzakki mengakibatkan bertambahnya pendapatan mustahiq. Pendapatan mustahiq tersebut dianggarkan untuk konsumsi dan bila mungkin ditabung dan diinvestasikan. Tidak ada ketentuan khusus bahwa zakat harus berbentuk barang konsumsi, tetapi diperolehkan berupa alat produksi.e. Jenis Zakat WajibSecara substansial, zakat dapat di golongkan menjadi empat:- Zakat fitrah untuk individu
Bukhari:حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِTelah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma, lalu seorang Badui berkata,: “Kabari aku akan firman Allah: ” walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah” (dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah), ” Ibn ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata,: “Barangsiapa yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka celakalah ia. Namun ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat zakat, ketika aturan zakat sudah diturunkan maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya ketentuan ayat ini sebagai perintah pensucian harta”. - Zakat kekayaan (emas,perak,ternak dan perdagangan)
Jenis kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, dan binatang ternak. Harta perdagangan juga dianalogikan pada kekayaan emas dan perak sebagai komoditi perdagangan. Selain itu juga berdasarkan firman Allah SWT menyerukan sedekah dari hasil yang kita usahakan. Nisab kekayaan adalah sebagaimana tercantum dalam hadits berikut:Ibnu Majah:حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَنْبَأَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْخُذُ مِنْ كُلِّ عِشْرِينَ دِينَارًا فَصَاعِدًا نِصْفَ دِينَارٍ وَمِنْ الْأَرْبَعِينَ دِينَارًا دِينَارًاTelah menceritakan kepada kami Bakr bin Khalaf dan Muhammad bin Yahya keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa berkata, telah memberitakan kepada kami Ibrahim bin Isma’il dari Abdullah bin Waqid dari Ibnu Umar dan Aisyah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil zakat dari setiap dua puluh dinar lebih sebanyak setengah dinar, dan dari empat puluh dinar sebanyak satu dinar. “Ahmad:حد سا بو النضر حد بنا ابو معاوية يعني شيان عن ليث عن نافع عن امن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فيما دون خمس من الابل ولا مس أواق ولا خمسة أوساق صدقةRasullah bersabda: “tidak wajib sedekah jika tidak sampai 5 unta, 5 awaq (untuk perak) 5 wasaq (60 sa’dari gandum).”Dari hadits tersebut diketahui bahwa nisab kekayaan uang adalah 20 dinar ( 85 gr emas,sebagian ulama menyatakan nisab emas sebesar 93,6 gr), sedangkan nisab perak adalah sebesar 5 (595 gr),dan zakatnya adalah 2,5 %. Jika harga emas Rp 250.000gr,maka nisab kekayaan adalah Rp 21.250.000 per tahun,dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah Rp 531.250. ketentuan tersebut berlaku jika:- Kekayaan tersebut milik penuh (sempurna) dan sudah diperhitungkan pembayaran hutang dan piutang.
- Mencapai satu nisab
- Besarnya zakat menurut prosentase tertentu.
- Zakat penghasilan (pertanian, industri, profesi)
Muslim:حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيمَا سَقَتْ الْأَنْهَارُ وَالْعُيُونُ الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالسَّوَانِي فَفِيهِ نِصْفُ الْعُشْرTelah menceritakan kepada Kami Ahmad bin Shalih, telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku ‘Amr, dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Pertanian yang diairi sungai dan mata air zakatnya adalah sepersepuluh, dan yang diairi menggunakan alat pengairan maka zakatnya adalah seperdua puluh.” (Abu Daud 1362)Nisab zakat pertanian adalah 5 wasaq atau sekitar 653 Kg keadaan kering, jika sawah tanah hujan dikenakan zakat sebesar 10%, jika diairi sendiri maka zakatnya adalah 5%. Untuk tamanan seperti tebu, sayur mayur, buah menurut Abu Hanani wajib dikeluarkan zakatnya 10% atau 5%, nisabnya ulama sepakat lima wasaq (653 kg gandum). Adapun zakat industri dikenakan atas dasar laba industri dengan nisab analog zakat pertanian dan hasil tanaman lainnya. Untuk penetapan prosentasenya ulama berpendapat, berkisar 2,5% (mengacu zakat perdagangan) dan 5% (mengacu pertanian yang diairi). Begitu juga laut seperti ikan,mutiara dan lain sebagaimana, nisabnya 200 dirham, sedangkan zakat profesi menurut Qardawi termasuk al-mal al-mustafad, yaitu kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui usaha baru yang sesuai syari’at agama.- Zakat barang temuan
Bukhori:حد ثنا عبد الله بن يو سف أخبرتا مالك عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب وعن أبي سلمت بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال العجماء جبار والبسر جبار والمعدن جبار الركاز اخمسNabi bersabda: “Hewan itu sia-sia, sumur itu sia-sia, hasil pertambangan itu juga sia-sia, harta temuan zakatnya 1/5.”[9]- Infaq
a. Pengertian infaqAhmad:حدثنا يزيد بن هرون أنبأنا هشام عن واصل عن الوليد بن عبد الحمن عن عيا ض غطيف قال دخلناعلى أبي عبيدة نعوده قال إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من أنفق نفقة فاضلة بفى سبيل الله فبسبع ماتة ومن أنفق على نفسه أو على أو عاد مريضا أو ماز أذى عن طريق فهي حسنة بعشر أمثاهاNabi bersabda: “Barang siapa menafkahkan hartanya di luar kebutuhannya di jalan Allah, maka di tulis tujuh ratus cabang. Barang siapa menafkahkan hartanya untuk dirinya atau keluarganya atau menjenguk yang sakit atau menyikirkan sesuatu yang membahayakan di jalan, maka baginya sepuluh kebaikan.”Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagaian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan islam. Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda: ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore.”Ya Allah SWT berilah orang yang berinfaq, gantinya”. Dan berkata yang lain: “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran.” (HR Bukhari)b. Kewajiban infaqMengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, dll.c. Prinsip infaq- Prinsip yang pertama ma’asyiral muslim rahimakumullah, seorang yang bershadaqa dan berinfaq fii sabilillah haruslah muslim dan beriman kepada Allah SWT. Orang-orang kafir, sekalipun dana mereka dalam jumlah besar disumbangkan untuk dana-dana kemanusian, sosial dan lain sebagainya, tetapi tidak diterima oleh Allah SWTdengan sebab kekafiran mereka.
- Prinsip yang kedua dalam berinfaq dan bersadaqah fii sabililah, maka sabagai pengikat dan sebagai pendorong semangat untuk berinfaq fii sabilillah, adalah pahalah yang Allah SWTsiapkan untuk mereka-mereka yang berinfaq fii sabilillah yang infaqnya diterima oleh Allah SWT.
d. Fungsi infaqInfaq merupakan sesuatu yang sangat bermanfat, baik bagi yang menerima zakat maupun yang memberi zakat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang berarti: “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menupuhkan tujuh bulir pada setiap butir seratus biji. Allah melipatgandahkan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-nya) lagi Maha Mengetahui.”e. Jenis infaqJenis harta yang diinfaqkan adalah al-khoir. Al-khoir artinya: Harta yang diinfaqkan itu harus memberikan kebaikan kepada si pemberi, penerima,dan kaum muslimin. Rasulullah bersabda:ياءت احد كم بما يملك فيقول هذه صدقة ثم يقعد يتكفف الناس حير الصدقة ما كان عن ظهر غنى“Ada salah seorang diantara kamu yang datang dengan membawa apa yang dimilikinya seraya berkata,ini adalah sedekah. Tetapi setelah itu dia mengadakan tangannya meminta-minta kepada orang lain. Sebaik-baik shodaqoh adalah yang lebih dari kebutuhan”. (HR.Abu Dawud)- Sedekah
a. Pengertian sedekahSedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya adalah tahqiqu syai’in bisya’i, atau menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu.b. Kewajiban sedekahSetiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit dalam shahih Muslim disebut jumlah anggota badan ada tiga ratus enam puluh. Sekuranya tulang-tulang itu tidak mampu bersedekah, hendaknya ditahan dari perbuatan buruk yang akan merugikan orang lain, dan ini pun termasuk sedekah. Tapi yang paling penting ialah wajib mengikuti semua perintah dan menjauhi semua larangan.c. Prinsip sedekahPrinsip sedekah adalah suatu kebutuhan anggap saja tanpa bersedekah kita tidak akan maresa tenang dalam melakukan suatu pekerjaan atau bisnis apapun. Jika prinsip sedekah suatu kebutuhan kita pegang teguh tanpa ragu sedikitpun maka insayaallah bisnis kita jalankan selalu diberikan kelancaran dan keberkahan dari Allah SWT.Allah berfirman yang artinya: “Perempuan orang-orang yang mendermakan (sedekah) harta bendanya di jalan Allah seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrahnya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 261)d. Fungsi sedekah- Penolak balak (musibah). Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu akan menghindarkan (menolak) 70 jenis musibah.”
- Sedekah menjadi penyembuh/obat bagi semua penyakit. Rasulullah SAW bersabda: “Obatilah penyakit kalian dengan bersedekah”
- Sedekah sebagai penjaga harta. Rasulullah SAW bersabda: “Jagalah hartamu dengan bersedekah”
- Mengajukan dari kebencian Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu menghindarkan dari murka Allah SWT.”
- Menjadikan antar manusia saling menyayangi. Rasulullah SAW bersabda: “ Sedekah itu merupakan hadiah, maka saling memberi hadialah akan tercipta rasa saling menyayangi.”
- Hati akan lemah lembut (tidak keras) mudah menerima hidayah. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang hatinya keras (susah menerima hidayah/sombong) maka lakukanlah sedekah.”
- Sedekah akan menambah/memanjakan umur. Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah itu menolak musibah dan menambah panjang umur.”
e. Jenis sedekah“Setiap muslim harus bersedekah: Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapatanmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)?” Rasulullah SAW bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah”. Salah satu seorang sahabat bertanya, “bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah SAW? Beliau bersabda,”Menolong orang yang membutuhkan lagi teraniaya”. Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan”. Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah.” (HR.Muslim)“Setiap sendi manusia perlu bersedekah, setiap hari matahari tertib ada orang mengadili dua orang adalah sedekah. Membantu orang dengan mengangkat barang ke atas binatang tunggangan adalah sedekah. Satu kalimah yang baik adalah sedekah. Setiap langkah untuk mengajarkan solat adalah sedekah dan membuang sesuatu berbahaya di jalanan adalah sedekah”. (HR. Bukhari).Endnotes:[1] Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 99-109.[2] Rizal, Eksistensi Harta dalam Islam, Jurnal STAIN Kudus (online), 2015, (http://journal.stainkudus.ac.id, diakses pada 5 September 2015.[3] Ibid.[4] Ibid.[5] Ibid.[6] Dahlia Haliah Ma’u, Harta Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal IAIN Pontianak (online), 2013, (http://jurnaliainpontianak.or.id, diakses pada 5 September 2017).[7] Rizal, Eksistensi Harta Dalam Islam, Jurnal STAIN Kudus (online), 2015, (http://journal.stainkudus.ac.id, diakses pada 5 September 2017).[8] Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 70.[9] Iifi Nur Diana, Hadits-hadits Ekonomi (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 69-92. dana-dana kemanusian, sosial dan lain sebagainya, tetapi tidak diterima oleh Allah SWTdengan sebab kekafiran mereka. - Prinsip yang kedua dalam berinfaq dan bersadaqah fii sabililah, maka sabagai pengikat dan sebagai pendorong semangat untuk berinfaq fii sabilillah, adalah pahalah yang Allah SWTsiapkan untuk mereka-mereka yang berinfaq fii sabilillah yang infaqnya diterima oleh Allah SWT.
d. Fungsi infaq
Infaq merupakan sesuatu yang sangat bermanfat, baik bagi yang menerima zakat maupun yang memberi zakat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang berarti: “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menupuhkan tujuh bulir pada setiap butir seratus biji. Allah melipatgandahkan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-nya) lagi Maha Mengetahui.”
e. Jenis infaq
Jenis harta yang diinfaqkan adalah al-khoir. Al-khoir artinya: Harta yang diinfaqkan itu harus memberikan kebaikan kepada si pemberi, penerima,dan kaum muslimin. Rasulullah bersabda:
ياءت احد كم بما يملك فيقول هذه صدقة ثم يقعد يتكفف الناس حير الصدقة ما كان عن ظهر غنى
“Ada salah seorang diantara kamu yang datang dengan membawa apa yang dimilikinya seraya berkata,ini adalah sedekah. Tetapi setelah itu dia mengadakan tangannya meminta-minta kepada orang lain. Sebaik-baik shodaqoh adalah yang lebih dari kebutuhan”. (HR.Abu Dawud)
- Sedekah
a. Pengertian sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya adalah tahqiqu syai’in bisya’i, atau menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu.
b. Kewajiban sedekah
Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit dalam shahih Muslim disebut jumlah anggota badan ada tiga ratus enam puluh. Sekuranya tulang-tulang itu tidak mampu bersedekah, hendaknya ditahan dari perbuatan buruk yang akan merugikan orang lain, dan ini pun termasuk sedekah. Tapi yang paling penting ialah wajib mengikuti semua perintah dan menjauhi semua larangan.
c. Prinsip sedekah
Prinsip sedekah adalah suatu kebutuhan anggap saja tanpa bersedekah kita tidak akan maresa tenang dalam melakukan suatu pekerjaan atau bisnis apapun. Jika prinsip sedekah suatu kebutuhan kita pegang teguh tanpa ragu sedikitpun maka insayaallah bisnis kita jalankan selalu diberikan kelancaran dan keberkahan dari Allah SWT.
Allah berfirman yang artinya: “Perempuan orang-orang yang mendermakan (sedekah) harta bendanya di jalan Allah seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrahnya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 261)
d. Fungsi sedekah
- Penolak balak (musibah). Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu akan menghindarkan (menolak) 70 jenis musibah.”
- Sedekah menjadi penyembuh/obat bagi semua penyakit. Rasulullah SAW bersabda: “Obatilah penyakit kalian dengan bersedekah”
- Sedekah sebagai penjaga harta. Rasulullah SAW bersabda: “Jagalah hartamu dengan bersedekah”
- Mengajukan dari kebencian Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu menghindarkan dari murka Allah SWT.”
- Menjadikan antar manusia saling menyayangi. Rasulullah SAW bersabda: “ Sedekah itu merupakan hadiah, maka saling memberi hadialah akan tercipta rasa saling menyayangi.”
- Hati akan lemah lembut (tidak keras) mudah menerima hidayah. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang hatinya keras (susah menerima hidayah/sombong) maka lakukanlah sedekah.”
- Sedekah akan menambah/memanjakan umur. Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah itu menolak musibah dan menambah panjang umur.”
e. Jenis sedekah
“Setiap muslim harus bersedekah: Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapatanmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)?” Rasulullah SAW bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah”. Salah satu seorang sahabat bertanya, “bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah SAW? Beliau bersabda,”Menolong orang yang membutuhkan lagi teraniaya”. Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan”. Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah.” (HR.Muslim)
“Setiap sendi manusia perlu bersedekah, setiap hari matahari tertib ada orang mengadili dua orang adalah sedekah. Membantu orang dengan mengangkat barang ke atas binatang tunggangan adalah sedekah. Satu kalimah yang baik adalah sedekah. Setiap langkah untuk mengajarkan solat adalah sedekah dan membuang sesuatu berbahaya di jalanan adalah sedekah”. (HR. Bukhari).
Endnotes:
[1] Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 99-109.
[2] Rizal, Eksistensi Harta dalam Islam, Jurnal STAIN Kudus (online), 2015, (http://journal.stainkudus.ac.id, diakses pada 5 September 2015.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Dahlia Haliah Ma’u, Harta Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal IAIN Pontianak (online), 2013, (http://jurnaliainpontianak.or.id, diakses pada 5 September 2017).
[7] Rizal, Eksistensi Harta Dalam Islam, Jurnal STAIN Kudus (online), 2015, (http://journal.stainkudus.ac.id, diakses pada 5 September 2017).
[8] Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 70.
[9] Iifi Nur Diana, Hadits-hadits Ekonomi (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 69-92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar